MAKALAH
Birokrasi Dan Kepemimpinan Sektor Publik
“BAB 7. Kepemimpinan Dan Kekuasaan”
OLEH :
DENI TRIYANTO
1070300005
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2013
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan
hidayahnyalah, penulis dapat menyelesaikan makalah “Birokrasi Dan Kepemimpinan
Sektor Publik”.
Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan ini, penulis banyak memperoleh petunjuk serta
bimbingan yang tak ternilai harganya dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini,
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu.
Yorry Hardayani ,S.IP, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah mengajari dan
memimbing penulis dalam pembuatan makalah ini.
2. Teman-teman
yang telah membatu dalam pembuatan makalah Birokrasi dan Kepemimpinan Sektor
Publik.
Kami
menyadari bahwa hasil makalah ini belumlah sempurna baik itu dari segi penulisan maupun segi
isinya. Namun bagi penulis hasil ini sangatlah berarti terutama dalam memenuhi
tugas perkuliahan Birokrasi Dan Kepemimpinan Sektor Publik dengan harapan
hasilnya dapat diterima dan bermanfaat bagi kita semua.
Bengkulu,
April 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul........................................................................................................... i
Kata pengantar..................................................................................... ii
Daftar isi.............................................................................................. iii
BAB I. Pendahuluan
A.
Latar belakang..................................................................................................
1
B.
Tujuan.............................................................................................................. 2
C.
Rumusan Masalah............................................................................................. 2
BAB III. Pembahasan
A.
Konsep kekuasaan............................................................................................ 3
B.
Sumber kekuasaan............................................................................................ 4
C.
Penerapan Kekuasaan
dalam Kepemimpinan.................................................. 6
BAB IV. Penutup
A.
Penutup........................................................................................................... 10
B.
Saran............................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Para teoritisi modern selalu memandang
organisasi manusia sebagai interaksi dari individu-individu yang mempunyai
harapan bahwa dengan melalui organisasi, individu tersebut akan memperoleh
manfaat yang lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan. Kekuasaan adalah
merupakan suatu variable penentu dari hakikat penting dan kualitas aksi atau
organisasi dapat mempertahankan kelanjutan kehidupannya.
Studi tentang kekuasaan dan pengaruhnya
sangat penting untuk memahami bagaimana organisasi dijalankan. Setiap intraksi
dan setiap hubungan sosial dalam organisasi melibatkan pelaksanaan kekuasaan.
Bagaimana unit-unit organisasi dan individu dikendalikan berhubungan dengan
hal-hal kekuasaan. Gibson (1996:480), menyatakan bahwa kekuasaan paling baik
digunakan dalam pemisahaan oleh seseorang atas orang lain. Jadi argumentasi
pembagian kekuasaan dalam artian bahwa sebagai kekuasaan dibagikan,
produktivitas, mutu, dan kepuasan pelanggaran secara potensial tidak pernah
mencapai tingkat yang paling tinggi.
Konsep kekuasaan telah melahirkan suatu
minat yang berkembang. Thoha (2004: 91) ,menyatakan bahwa kadang-kadang juga
menimbul kan kekaburan sepanjang perkembangan pemikiran manajemen konsep
kekuasaan (power) yang erat seringkali hubungannya dengan konsep kepemimpinan.
Dengan kekuasaan, pemimpin memperoleh alat
untuk mempengaruhi perilaku para pengikutnya.
Dengan demikian
memberikan hubungan yang menyeluruh antara kepemimpinan dan kekuasaan.
1.2.
Rumusan Masalah
1. Apakah
konsep dari kekuasaan itu sendiri menurut beberapa ahli teoriti?
2. Apa
saja sumber-sumber kekuasaan itu sendiri?
3. Bagaimana
penerapan kekuasaan dalam kepemimpinan?
1.3.Tujuan
1. Untuk
mengetahui konsep dari kekuasaan tersebut.
2. Untuk
Dapat mengetahui sumber-sumber dari kekuasaan.
3. Agar
dapat mengetahui penerapan kekuasaan kepemimpinan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Konsep Kekuasaan
Kepemimpinan
Pelopor utama yang menggunakan kekuasaan
adalah sosiologi kenamaan Weber.
Beliau mengemukakan bahwa kekuasaan sebagai kemungkinan yang membuat seorang
aktor di dalam suatu hubungan sosial berada dalam suatu jabatan untuk
melaksanakan keinginannya sendiri dan yang menghilangkan halangan. Roger dalam Thoha (2004: 93), mengatakan bahwa kekuasaan adalah sebagai suatu
pontensi diri dari suatu pengaruh. Kekuasaan adalah adalah kewenangan untuk
bertindak bagi pemimpin dalam mengerakkan orang lain agar menerima dengan
ikhlas kehendaknya.
Stoner
(1996:161), mengatakan kekuasaan adalah
kemampuan untuk menggunakan pengaruh, artinya kemampuan untuk mengubah sikap
atau tingkah laku individu atau kelompok. Dengan demikian kekuasaan dapat
disimpulkan sebagai suatu sumber yang bisa atau tidak bisa untuk digunakan.
Sedangkan Gibson dkk (1996:480),
mengatakan kekuasaan adalah kemampuan untuk mendapatkan orang lain untuk
melakukan apa yang diinginkan oleh pihak lainnya.
Dari uraian diatas maka dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan mempengaruhi aktivitas-aktivitas individu atau
kelompok dalam usahanya untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Dengan
demikian, secara sederhana kepemimpinan adalah setiap usaha untuk mempengaruhi
dari seorang pemimpin tersebut.
2.2.Sumber Kekuasaan
Sumber dan bentuk
kekuasaan pertama kali dikemukakan pada abad ke 16 oleh machiavell menyatakan
bahwa hubungan yang baik itu tercipta jika didasarkan atas rasa cinta
(kekuasaan pribadi) dan ketakutan (kekuasaan jabatan). Itulah sebabnya amitai
etziomi membahas bahwa terdapat dua sumber kekuasaan dan bentuk kekuasaan itu
yaitu: (1) jabatan (position power),
(2) Kekuasaan pribadi (personal power).
Menurut etzionmi perbedaan keduanya perbedaan keduanya bersemi pada konsep
kekuasaan itu sendiri sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi prilaku.
Kekuasaan dapat diperoleh dari jabatan organisasi, pengaruh pribadi, atau
keduanya.
v Sumber-sumber
kekuasaan
1) Kekuasaan
menghargai, yaitu kekuasaan yang diperoleh dari fakta bahwa seseorang dikenal
sebagai pemberi pengaruh, mempunyai kemampuan untuk member imbalan orang lain,
dkenal sebagai orang yang dipengaruhi, untuk melaksanakan perintah, yang
mungkin dinyatakan atau tersirat.
2) Kekuasaan
memaksa, yaitu sisi negative dari kekuasaan member penghargaan, berdasarkan
kepada kemampuan pengaruh untuk menghukum orang yang dipengaruhi.
3) Kekuasaan
sah (formal) adalah kekuasaan yang ada ketika seseorang bawahan atau orang yang
dipengaruhi mengakui bahwa pemberi pengaruh “berhak” atau secara hokum boleh
mengunakan pengaruh dalam kaitan tertentu.
4) Kekuasaan
keahlian adalah berdasarkan pada keyakinan atau pengertian bahwa pemberi
pengaruh mempunyai pengetahuan spesifik atau kepakaran relavan yang tidak
dimiliki oleh orang yang dipengaruhi.
5) Kekuasaan
rujukan adalah kekuasaan berdasarkan pada keinginan dari orang yang dipengaruhi
untuk menjadi seperti atau menyamakan dirinya dengan pemberi pengaruh.
French & raven dalam Thoha
(2004:95), beliau membagi lima sumber kekuasaan, yaitu:
1) Kekuasaan
paksaan (coesive power),yaitu
didasarkan atas rasa takut. Dengan demikian sumber kekuasaan diperoleh dari
rasa takut. Pemimpin yang mempunyai kekuasaan jenis ini mempunyai kemampuan
mengenakan hukumanatau pemecatan.
2) Kekuasaan
keahlian (expert powe), kekuasaan
yang bersumber dari keahlian, kecakapan, atau pengetahuan yang dimiliki oleh
seorang pemimpin yang diwujudkan oleh rasa hormat dan pengaruh terhadap orang
lain. Seorang yang tinggi kekuasaan
mempunyai keahlian memberikan fasilitas terhadap prilaku kerja orang lain.
3) Kekuasaan
legitimasai (legitimate power), yaitu
kekuasaan yang bersumber pada jabatan yang dipegang oleh pemimpin. Secara
normal, semakin tinggi posisi seorang pemimpin, maka semakin besar kekuasaan
legitimasinya mempunyai kecenderungan
untuk mempengaruhi orang lain.
4) Kekuasaan
Referensi (referent power), yaitu
kekuasaan yang bersumber dari sifat-sifat pribadi dari seorang pemimpin.
Seorang pemimpin yang tinggi penguasaan refrensinya pada umumnya disenangi dan
dikagumi oleh orang lain karena kepribadiannya.
5) Kekuasaan
penghargaan (reward power), yaitu
kekuasaan yang bersumber dari kemampuan untuk menyediakan penghargaan atau
hadiah bagi orang lain, misalnya gaji dsb.
6) pada
berikut Reven bekerja sama dengan Kruglanski menambahkan kekuasaan pada poin ke
(6) Kekuasaan informasi (information
power), yaitu kekuasaan yang bersumber karena adanya akses informasi yang dimiliki
oleh pemimpin dinilai sangat berharga oleh pengikutnya. Seorang pemimpin, maka
semua informasi mengenai organisasi dimiliki oleh pemimpin karena pemimpin
merupakan sumber informasi.
7) pada
tahun 1979, Hersey dan Goldsmith mengusulkan kekuasaan yang ke (7) Kekuasaan
hubungan (connection power). Yaitu
kekuasaan yang bersumber dari hubungan yang dijalin pemimpin dengan orang-orang
penting baik dari luar atau dalam organisasi.
2.3.
Penerapan Kekuasaan dalam Kepemimpinan
Thoha (2007:336),
menyatakan kepemimpinan situasional yang melahirkan gaya kepemimpinan yang
didasarkan atas kematangan pengikut, dan sumber-sumber kekuasaan yang
melahirkan bentuk-bentuk kekuasaan. Kedua hal ini diintegrasikan akan
melahirkan suatu pemahaman yang menyeluruh dari konsepi kepemimpinan dan
kemungkinan aplikasinya lebih dari pada itu. Kematangan para pengikut
sebenarnya tidak hanya ditentukan oleh gaya kepemimpinan yang mempunyai tingkat
kemungkinan keberhasilan yang tinggi, akan tetapi juga ditentukan oleh
sumber-sumber kekuasaan yang dipergunakan oleh pemimpin untuk mempengaruhi
prilaku. Sumber kekuasaan dan bentuk kekuasaan yang dapat mempengaruhi perilaku
pengikut pada berbagai tingkat kematangan dapat diamati.
TINGKAT
KEMATANGAN
|
||
TINGGI
|
SEDANG
|
RENDAH
|
M4
M3 M2 M1
Keahlian
Referensi Penghargaan Paksaan
|
||
Informasi
Legitimasi
Hubungan
|
Sumber: Thoha
(2007:337)
Gambar tersebut menunjukakan hubungan
antara sumber kekuasaan dan tingkat kematangan para pengikut. Hal ini dapat
dilihat dari aplikasi ketiga hal tersebut, yakni: (1) sumber Kekuasaan, (2)
gaya kepemimpinan, (3) dan tingkat kematangan pengikut.
1) Kekuasaan
paksaan, yaitu pengikut yang rendah kematangannya (M1) biasanya memerlukan
perilaku pengarahan yang kuat agar dapat meningkatkan kinerjanya. Gaya
kepemimpinan yang cocok kepada pengikut-pengikut seperti ini yaitu sering
diberi diintruksi.
2) Kekuasaan
hubungan, ketika seseorang pengikut mulai beranjak dari ke matangan M1 ke M2,
maka perilaku mengarahkan untuk diperlukan dan menaikan perilaku mendukung (soportive) juga disarankan amat
penting.
3) Kekuasaan
penghargaan, pengikut yang berada pada tingkat kematangan yang berkembang dari
rendah ke sedang sering membutuhkan sejumlah perilaku dukungan dan pengarahan
yang besar.
4) Kekuasaan
legitimasi. Gaya kepemimpinan yang sesuai untuk mempengaruhi secara efektif
pada kedua tingkat kematangan sedang ini (M2) dan (M3) ialah “Gaya konsultasi”
dan “partisipasi”. Pada saat pengikut mencapai tingkat kematangan, maka
kekuasaan pemimpin menjadi tersahkan (legitimized).
5) Kekuasaan
referensi. Pengikut yang berada pada tingkat kematangan dari sedang ke tinggi
(M3) ke (M4) hanya membutuhkan pengarahan yang sedikit tetapi masih memerlukan
tingkat tinggi untuk berkomunikasi dan dukungan para pemimpin. Gaya partisipasi
dapat dipergunakan secara efektif, jika pemimpin mempunyai kekuasaan refrensi.
Kepada orang-orang yang tidak mampu, dan mau, maka sumber kekuasaan ini
cenderung menjadi sarana yang penting untuk menambah keyakinan dan memberikan
semangat kerja, penghargaan, dan perilaku dukungan lain.
6) Kekuasaan
informasi . gaya kepemimpinan yang dapat memotivasi pengikut secara efektif
pada rata-rata di atas tingkat kematangan (M3) dan (M4) adalah partisipasi dan
deligasi.
7) Kekuasaan
keahlian. Pengikut yang sudah berkembang pada tingkat kematangan yang tinggi
sering hanya memerlukan sedikit penghargaan dan dukungan. Pengikut ini
mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan.
Perwujudan
dari sumber kekuasaan ini dijabarkan dalam kekuasaan refrensi, informasi dan
keahlian. Gaya kepemimpinan ialah partisipasi dan delegasi.
Delegasi
(G4)
|
Partisipasi
(G3)
|
Konsultasi
(G)
|
Instruksi
(G1)
|
Tinggi
|
Sedang
|
Rendah
|
|
M4
Keahlian
|
M3
Referensi
|
M2
Penghargaan
|
M1
Paksaan
|
Informasi Legitimasi Hubungan
Kekuasaan
pribadi sicapai
Dengan
pengaruh “ berkuasa dengan”
|
Kekuasaan
jabatan dicapai
Dengan
keyakinan “berkuasa atas”
|
Hubungan
antara sumber kekuasaan, tingkat kematangan dan Gaya Kepemiminan
Jadi
kepemimpinan dapat disimpulkan sebagai suatu aktivitas untuk mempengaruhi
pengikut atau bawahan agar mereka dapat diarahkan untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan oleh birokrasi. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa jika
pemimpin ingin mempengaruhi perilaku pengikutnya, maka kegiatan kepemimpinan
itu mulai berperoses.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
kepemimpinan
mempengaruhi aktivitas-aktivitas individu atau kelompok dalam usahanya untuk
mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Dengan demikian, secara sederhana
kepemimpinan adalah setiap usaha untuk mempengaruhi dari seorang pemimpin
tersebut. amitai etziomi membahas bahwa terdapat dua sumber kekuasaan dan
bentuk kekuasaan itu yaitu: (1) jabatan (position
power), (2) Kekuasaan pribadi (personal
power). Menurut etzionmi perbedaan keduanya perbedaan keduanya bersemi pada
konsep kekuasaan itu sendiri sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi
prilaku. Kekuasaan dapat diperoleh dari jabatan organisasi, pengaruh pribadi,
atau keduanya.
3.2
Saran
Sebaiknya pemimpin yang
telah menempati suatu kedudukan yang hierarkhi di suatu organisasi atau
birokrasi jangan salah mengunakan suatu kekuasaan atau kewenangan yang
legitimasi dengan seenaknya kepada pengikut atau bawahannya. tetapi menjadi
seorang pemimpin yang baik dan menjadi tuntunan bawahanya dengan diiringi intelektual, emosional dan
spiritual.
DAFTAR
PUSTAKA
Pasolong,
Harbani. 2008, Kepemimpinan Birokrasi. Bandung: Alfabeta