Vrydag 12 April 2013

MAKALAH Birokrasi Dan Kepemimpinan Sektor Publik



MAKALAH
Birokrasi Dan Kepemimpinan Sektor Publik
 “BAB 7. Kepemimpinan Dan Kekuasaan










OLEH   :

DENI TRIYANTO
1070300005


PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2013


KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan hidayahnyalah, penulis dapat menyelesaikan makalah “Birokrasi Dan Kepemimpinan Sektor Publik”.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini, penulis banyak memperoleh petunjuk serta bimbingan yang tak ternilai harganya dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Ibu. Yorry Hardayani ,S.IP, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah mengajari dan memimbing penulis dalam pembuatan makalah ini.
2.      Teman-teman yang telah membatu dalam pembuatan makalah Birokrasi dan Kepemimpinan Sektor Publik.
Kami menyadari bahwa hasil makalah ini belumlah sempurna  baik itu dari segi penulisan maupun segi isinya. Namun bagi penulis hasil ini sangatlah berarti terutama dalam memenuhi tugas perkuliahan Birokrasi Dan Kepemimpinan Sektor Publik dengan harapan hasilnya dapat diterima dan bermanfaat bagi kita semua.

                                                                            Bengkulu,   April 2013

                                                                           Penyusun



DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................... i
Kata pengantar..................................................................................... ii
Daftar isi.............................................................................................. iii
BAB I. Pendahuluan
A.     Latar belakang.................................................................................................. 1
B.     Tujuan.............................................................................................................. 2
C.     Rumusan Masalah............................................................................................. 2
BAB III. Pembahasan
A.     Konsep kekuasaan............................................................................................ 3
B.     Sumber kekuasaan............................................................................................ 4
C.     Penerapan Kekuasaan dalam Kepemimpinan.................................................. 6
BAB IV. Penutup
A.     Penutup........................................................................................................... 10
B.     Saran............................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA






BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Para teoritisi modern selalu memandang organisasi manusia sebagai interaksi dari individu-individu yang mempunyai harapan bahwa dengan melalui organisasi, individu tersebut akan memperoleh manfaat yang lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan. Kekuasaan adalah merupakan suatu variable penentu dari hakikat penting dan kualitas aksi atau organisasi dapat mempertahankan kelanjutan kehidupannya.
Studi tentang kekuasaan dan pengaruhnya sangat penting untuk memahami bagaimana organisasi dijalankan. Setiap intraksi dan setiap hubungan sosial dalam organisasi melibatkan pelaksanaan kekuasaan. Bagaimana unit-unit organisasi dan individu dikendalikan berhubungan dengan hal-hal kekuasaan. Gibson (1996:480), menyatakan bahwa kekuasaan paling baik digunakan dalam pemisahaan oleh seseorang atas orang lain. Jadi argumentasi pembagian kekuasaan dalam artian bahwa sebagai kekuasaan dibagikan, produktivitas, mutu, dan kepuasan pelanggaran secara potensial tidak pernah mencapai tingkat yang paling tinggi.
Konsep kekuasaan telah melahirkan suatu minat yang berkembang. Thoha (2004: 91) ,menyatakan bahwa kadang-kadang juga menimbul kan kekaburan sepanjang perkembangan pemikiran manajemen konsep kekuasaan (power) yang erat seringkali hubungannya dengan konsep kepemimpinan.
 Dengan kekuasaan, pemimpin memperoleh alat untuk mempengaruhi perilaku para pengikutnya.
Dengan demikian memberikan hubungan yang menyeluruh antara kepemimpinan dan kekuasaan.
1.2. Rumusan Masalah
1.      Apakah konsep dari kekuasaan itu sendiri menurut beberapa ahli teoriti?
2.      Apa saja sumber-sumber kekuasaan itu sendiri?
3.      Bagaimana penerapan kekuasaan dalam kepemimpinan?
1.3.Tujuan
1.      Untuk mengetahui konsep dari kekuasaan tersebut.
2.      Untuk Dapat mengetahui sumber-sumber dari kekuasaan.
3.      Agar dapat mengetahui penerapan kekuasaan kepemimpinan.
















BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Konsep Kekuasaan Kepemimpinan
Pelopor utama yang menggunakan kekuasaan adalah sosiologi kenamaan Weber. Beliau mengemukakan bahwa kekuasaan sebagai kemungkinan yang membuat seorang aktor di dalam suatu hubungan sosial berada dalam suatu jabatan untuk melaksanakan keinginannya sendiri dan yang menghilangkan halangan. Roger dalam Thoha (2004: 93), mengatakan bahwa kekuasaan adalah sebagai suatu pontensi diri dari suatu pengaruh. Kekuasaan adalah adalah kewenangan untuk bertindak bagi pemimpin dalam mengerakkan orang lain agar menerima dengan ikhlas  kehendaknya.
Stoner (1996:161), mengatakan kekuasaan adalah kemampuan untuk menggunakan pengaruh, artinya kemampuan untuk mengubah sikap atau tingkah laku individu atau kelompok. Dengan demikian kekuasaan dapat disimpulkan sebagai suatu sumber yang bisa atau tidak bisa untuk digunakan. Sedangkan Gibson dkk (1996:480), mengatakan kekuasaan adalah kemampuan untuk mendapatkan orang lain untuk melakukan apa yang diinginkan oleh pihak lainnya.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan mempengaruhi aktivitas-aktivitas individu atau kelompok dalam usahanya untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Dengan demikian, secara sederhana kepemimpinan adalah setiap usaha untuk mempengaruhi dari seorang pemimpin tersebut.

2.2.Sumber Kekuasaan
Sumber dan bentuk kekuasaan pertama kali dikemukakan pada abad ke 16 oleh machiavell menyatakan bahwa hubungan yang baik itu tercipta jika didasarkan atas rasa cinta (kekuasaan pribadi) dan ketakutan (kekuasaan jabatan). Itulah sebabnya amitai etziomi membahas bahwa terdapat dua sumber kekuasaan dan bentuk kekuasaan itu yaitu: (1) jabatan (position power), (2) Kekuasaan pribadi (personal power). Menurut etzionmi perbedaan keduanya perbedaan keduanya bersemi pada konsep kekuasaan itu sendiri sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi prilaku. Kekuasaan dapat diperoleh dari jabatan organisasi, pengaruh pribadi, atau keduanya.
v  Sumber-sumber kekuasaan
1)      Kekuasaan menghargai, yaitu kekuasaan yang diperoleh dari fakta bahwa seseorang dikenal sebagai pemberi pengaruh, mempunyai kemampuan untuk member imbalan orang lain, dkenal sebagai orang yang dipengaruhi, untuk melaksanakan perintah, yang mungkin dinyatakan atau tersirat.
2)      Kekuasaan memaksa, yaitu sisi negative dari kekuasaan member penghargaan, berdasarkan kepada kemampuan pengaruh untuk menghukum orang yang dipengaruhi.
3)      Kekuasaan sah (formal) adalah kekuasaan yang ada ketika seseorang bawahan atau orang yang dipengaruhi mengakui bahwa pemberi pengaruh “berhak” atau secara hokum boleh mengunakan pengaruh dalam kaitan tertentu.
4)      Kekuasaan keahlian adalah berdasarkan pada keyakinan atau pengertian bahwa pemberi pengaruh mempunyai pengetahuan spesifik atau kepakaran relavan yang tidak dimiliki oleh orang yang dipengaruhi.
5)      Kekuasaan rujukan adalah kekuasaan berdasarkan pada keinginan dari orang yang dipengaruhi untuk menjadi seperti atau menyamakan dirinya dengan pemberi pengaruh.
French & raven dalam Thoha (2004:95), beliau membagi lima sumber kekuasaan, yaitu:
1)      Kekuasaan paksaan (coesive power),yaitu didasarkan atas rasa takut. Dengan demikian sumber kekuasaan diperoleh dari rasa takut. Pemimpin yang mempunyai kekuasaan jenis ini mempunyai kemampuan mengenakan hukumanatau pemecatan.
2)      Kekuasaan keahlian (expert powe), kekuasaan yang bersumber dari keahlian, kecakapan, atau pengetahuan yang dimiliki oleh seorang pemimpin yang diwujudkan oleh rasa hormat dan pengaruh terhadap orang lain.  Seorang yang tinggi kekuasaan mempunyai keahlian memberikan fasilitas terhadap prilaku kerja orang lain.
3)      Kekuasaan legitimasai (legitimate power), yaitu kekuasaan yang bersumber pada jabatan yang dipegang oleh pemimpin. Secara normal, semakin tinggi posisi seorang pemimpin, maka semakin besar kekuasaan legitimasinya mempunyai kecenderungan  untuk mempengaruhi orang lain.
4)      Kekuasaan Referensi (referent power), yaitu kekuasaan yang bersumber dari sifat-sifat pribadi dari seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang tinggi penguasaan refrensinya pada umumnya disenangi dan dikagumi oleh orang lain karena kepribadiannya.
5)      Kekuasaan penghargaan (reward power), yaitu kekuasaan yang bersumber dari kemampuan untuk menyediakan penghargaan atau hadiah bagi orang lain, misalnya gaji dsb.
6)      pada berikut Reven bekerja sama dengan Kruglanski menambahkan kekuasaan pada poin ke (6) Kekuasaan informasi (information power), yaitu kekuasaan yang bersumber karena adanya akses informasi yang dimiliki oleh pemimpin dinilai sangat berharga oleh pengikutnya. Seorang pemimpin, maka semua informasi mengenai organisasi dimiliki oleh pemimpin karena pemimpin merupakan sumber informasi.
7)      pada tahun 1979, Hersey dan Goldsmith mengusulkan kekuasaan yang ke (7) Kekuasaan hubungan (connection power). Yaitu kekuasaan yang bersumber dari hubungan yang dijalin pemimpin dengan orang-orang penting baik dari luar atau dalam organisasi.
2.3. Penerapan Kekuasaan dalam Kepemimpinan
Thoha (2007:336), menyatakan kepemimpinan situasional yang melahirkan gaya kepemimpinan yang didasarkan atas kematangan pengikut, dan sumber-sumber kekuasaan yang melahirkan bentuk-bentuk kekuasaan. Kedua hal ini diintegrasikan akan melahirkan suatu pemahaman yang menyeluruh dari konsepi kepemimpinan dan kemungkinan aplikasinya lebih dari pada itu. Kematangan para pengikut sebenarnya tidak hanya ditentukan oleh gaya kepemimpinan yang mempunyai tingkat kemungkinan keberhasilan yang tinggi, akan tetapi juga ditentukan oleh sumber-sumber kekuasaan yang dipergunakan oleh pemimpin untuk mempengaruhi prilaku. Sumber kekuasaan dan bentuk kekuasaan yang dapat mempengaruhi perilaku pengikut pada berbagai tingkat kematangan dapat diamati.

TINGKAT KEMATANGAN

TINGGI
SEDANG
RENDAH
        M4                           M3                   M2                        M1
     Keahlian                  Referensi       Penghargaan        Paksaan
     
            Informasi                        Legitimasi               Hubungan
Sumber: Thoha (2007:337)
Gambar tersebut menunjukakan hubungan antara sumber kekuasaan dan tingkat kematangan para pengikut. Hal ini dapat dilihat dari aplikasi ketiga hal tersebut, yakni: (1) sumber Kekuasaan, (2) gaya kepemimpinan, (3) dan tingkat kematangan pengikut.
1)      Kekuasaan paksaan, yaitu pengikut yang rendah kematangannya (M1) biasanya memerlukan perilaku pengarahan yang kuat agar dapat meningkatkan kinerjanya. Gaya kepemimpinan yang cocok kepada pengikut-pengikut seperti ini yaitu sering diberi diintruksi.
2)      Kekuasaan hubungan, ketika seseorang pengikut mulai beranjak dari ke matangan M1 ke M2, maka perilaku mengarahkan untuk diperlukan dan menaikan perilaku mendukung (soportive) juga disarankan amat penting.
3)      Kekuasaan penghargaan, pengikut yang berada pada tingkat kematangan yang berkembang dari rendah ke sedang sering membutuhkan sejumlah perilaku dukungan dan pengarahan yang besar.
4)      Kekuasaan legitimasi. Gaya kepemimpinan yang sesuai untuk mempengaruhi secara efektif pada kedua tingkat kematangan sedang ini (M2) dan (M3) ialah “Gaya konsultasi” dan “partisipasi”. Pada saat pengikut mencapai tingkat kematangan, maka kekuasaan pemimpin menjadi tersahkan (legitimized).
5)      Kekuasaan referensi. Pengikut yang berada pada tingkat kematangan dari sedang ke tinggi (M3) ke (M4) hanya membutuhkan pengarahan yang sedikit tetapi masih memerlukan tingkat tinggi untuk berkomunikasi dan dukungan para pemimpin. Gaya partisipasi dapat dipergunakan secara efektif, jika pemimpin mempunyai kekuasaan refrensi. Kepada orang-orang yang tidak mampu, dan mau, maka sumber kekuasaan ini cenderung menjadi sarana yang penting untuk menambah keyakinan dan memberikan semangat kerja, penghargaan, dan perilaku dukungan lain.
6)      Kekuasaan informasi . gaya kepemimpinan yang dapat memotivasi pengikut secara efektif pada rata-rata di atas tingkat kematangan (M3) dan (M4) adalah partisipasi dan deligasi.
7)      Kekuasaan keahlian. Pengikut yang sudah berkembang pada tingkat kematangan yang tinggi sering hanya memerlukan sedikit penghargaan dan dukungan. Pengikut ini mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan.
Perwujudan dari sumber kekuasaan ini dijabarkan dalam kekuasaan refrensi, informasi dan keahlian. Gaya kepemimpinan ialah partisipasi dan delegasi.


Delegasi
(G4)
Partisipasi
(G3)
Konsultasi
(G)
Instruksi
(G1)

Tinggi


Sedang

Rendah
M4
Keahlian
M3
Referensi
M2
Penghargaan
M1
Paksaan
     Informasi                            Legitimasi                Hubungan

Kekuasaan pribadi sicapai
Dengan pengaruh “ berkuasa dengan”
Kekuasaan jabatan dicapai
Dengan keyakinan “berkuasa atas”

Hubungan antara sumber kekuasaan, tingkat kematangan dan Gaya Kepemiminan

Jadi kepemimpinan dapat disimpulkan sebagai suatu aktivitas untuk mempengaruhi pengikut atau bawahan agar mereka dapat diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh birokrasi. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa jika pemimpin ingin mempengaruhi perilaku pengikutnya, maka kegiatan kepemimpinan itu mulai berperoses.









BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
kepemimpinan mempengaruhi aktivitas-aktivitas individu atau kelompok dalam usahanya untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Dengan demikian, secara sederhana kepemimpinan adalah setiap usaha untuk mempengaruhi dari seorang pemimpin tersebut. amitai etziomi membahas bahwa terdapat dua sumber kekuasaan dan bentuk kekuasaan itu yaitu: (1) jabatan (position power), (2) Kekuasaan pribadi (personal power). Menurut etzionmi perbedaan keduanya perbedaan keduanya bersemi pada konsep kekuasaan itu sendiri sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi prilaku. Kekuasaan dapat diperoleh dari jabatan organisasi, pengaruh pribadi, atau keduanya.
3.2  Saran
Sebaiknya pemimpin yang telah menempati suatu kedudukan yang hierarkhi di suatu organisasi atau birokrasi jangan salah mengunakan suatu kekuasaan atau kewenangan yang legitimasi dengan seenaknya kepada pengikut atau bawahannya. tetapi menjadi seorang pemimpin yang baik dan menjadi tuntunan bawahanya dengan  diiringi intelektual, emosional dan spiritual.










DAFTAR PUSTAKA
Pasolong, Harbani. 2008, Kepemimpinan Birokrasi. Bandung: Alfabeta